Selain sani dipandang dan membagi semerbak wangi, bunga kembali boleh menjadi inspirasi pembuatan puisi. Syair tentang rente ialah babak dari ekspresi memanjakan pluralitas flora yang ada di Indonesia.
Ratusan apalagi ribuan bunga tumbuh di bumi pertiwi, mulai dari ros, melati, sedap malam, kamboja dan sebagainya yang bosor makan dijadikan sajak pendek alias pangkat dan syair indah. Banyak diantara anakan-bunga itu merupakan adalah pokok kayu anak uang endemik yang saja hidup di Indonesia, misalnya Anggrek Bulan, Anggrek Sendok dan Anggrek Hartinah.
Berikut ini adalah kumpulan dan contoh sajak bunga terlengkap dan terbaik nan kami rangkum semenjak bervariasi sumur dan dapat dijadikan pelengkap sumber belajar bakal momongan sekolah TK, SD, SMP sebatas SMA, antara lain:
Bunga dan Kumbang
Pagi perian ini
Bunga kembang mekar gemerlap
Disapa lembut kirana rawi
Hingga bertaruk bertaruk kembali
Kelopak lama berguguran runtuh
Diterpa angin dengan teduh
Yang mekar bukan kenal kelambur
Sejak kembang di waktu pagi buta.

Pixabay
Tabuhan lagi singgah karena tergoda
Sambilkan menghisap sari bunga
Menyerbuk nektar memupuk taksir
Harum bunga dan dandan petal
Bagaimana tidak kumbang terkesan
Meski surya sepanas rumpil
Harummu amat nikmat ringkik
Hingga singgah hinggap memetik
Cerita Rente
Pagi hari engkau nampak segar
Daun hijau tertetesi embun pagi yang jernih
Kelopakmu tertutup seakan cak hendak di sentuh mentari
Gandar cangkul menjalar sampai hamparan
Siang masa kamu nampak taat
Berdiri kokoh memancar dandan tak tergambar
Bagai bunga tumbuh di tahun recup
Berada di pucuk wilayah berisi
Elok dipandang sukar ditemui
Sore musim dia nampak merunduk bahagia
Meluluk surya berorientasi yang akan dijemput senja
Sebatas kalahkan tinggi panggar China
Gemar sudah merangkum cerita bunga
Hingga tertoreh leter dilembar kertas dengan cumi-cumi
Melati Putih Gemerlap
Dari sudut pemandangan halaman
Tumbuh besar anakan melati idaman
Bunga berwarna nirmala bersih terpelihara
Akar tumbuh kokoh kerjakan menopang
Daun hijau tertata di batang remaja
Berbaris-jajaran di tanah berbenda
Di radiks tumbuhan ki akbar nan rindang
Semilir kilangangin kincir lembut menggoyangkan tangkai
Bersuka ria sangat memanjakan pandanganmata
Melati kalis gilanggemilang
Daunmu segar terhinggap tetes-ampas gula embun pagi
Luluhkan keras kejamnya hidup ini
Rona putihmu sucikan hamparan
Sampai air di segara kering terbiarkan
Bunga Warna-Warni
Indah bentukmu menjatah makna
Akan waktu yang penuh jerah
Lelah dan letih didepan ain
Harum baumu tawarkan sirna
Corak dan warni permukaanmu
Sirah, asfar, putih dan biru
Semua mekar di jerambah rumahku
Pelebur lelah penghilang haru
Setiap pagi kusirami
Penuh anugerah cinta di lever
Amat rupawan ketika berseri
Engkaulah anakan pengadem hati
Atma kerumahtanggaan satu pekarangan yang sama
Kujaga dan kurawat sama rata
Keindahanmu menawarkan sejuta taksir
Keharumanmu yang begitu menggoda
Perjalanan ke Sekolah
Karib di setiap pagi
Kulalui jalan ini selama musim
Bukan bosannya mata memandangi
Akan keindahan alam di jalan ini
Anakan-bunga tumbuh sani
Kala kaki melangkah ke sekolah
Pagi yang tiba terasa semakin berkah
Bagai diberi sejuta hadiah
Aku terpana, terlena
Sambil demap memanjatkan do’a
Semoga tetaplah sejenis ini jua
Tanpa disentuh loneng pendusta
Oh bunga, kembanglah bunga kuncupmu
Pasrah aku sepoteng syahdu
Keindahanmu sungguh bukan terbendung
Memupus lever yang tengah redung
Mekar di Pagi Buta
Musim pekan datang lagi
Ayam berkokok perkasa sekali
Bercabang hening ditepi pagi
Bangunkan insan seisi manjapada
Sembari, bunga di pelataran mulai mekar
Bentuknya indah dan melingkar
Ada melati, anggrek dan mawar
Memberi kesejukan tanpa menawar
Mekarmu di pagi buta
Diiringi mega penyejuk jiwa
Aku pandangi dengan seksama
Oh bermoral, keindahanmu sungguhlah nyata
Bila senja sudah lalu mulai
Kusirami kau dengan ceria
Tak sabar menunggu subuh tiba
Untuk bisa kembali bersua
Oh bungaku…
Puisi Rente Melati
Kaulah Bunga Melati
Lambang bersumber apa yang terpatri
Kaulah bunga penyejuk pagi
Penghangat rasi lilin lebah perian
Darimu, semua orang dapat merasa
Tentang segala nan disebut indah
Darimu, orang-orang akan terpana
Akan apa yang menerbitkan gairah
Harummu, semerbak mewangi
Menusuk menyentuh ke ulu hati
Kusentuh kecil-kecil dengan deriji
Kucium baumu melepas penat
Begitulah bunga melati
Tumbuh melendung di halaman flat
Kusiram dan kujaga semesta hati
Agar kelak kau patuh ada
Mengawani hidupku hingga mati
Enggak restu hati ini
Pron bila kau dipetik orang
Andai saja datanglah sang tangan liar
Tak rela dan bukan sudi dalam jiwa
Engkaulah bunga di taman hati
Pemusnah lelah penghibur sepi
Keindahanmu pancarkan motivasi
Untuk jalani hayat sepanjang hari
Syair Bunga Mawar Romantis
Hari ini…
Kupanjatkan rasa terima kasih atas Nikmat Tuhan
Puas segala yang ia berikan
Adapun do’a yang terkabulkan
Ya, do’a dimana setiap sujud
do’a dimana sangka terwujud
Cak semau yang sudah lalu terenggut
Namun ada pula yang nomplok mengundang
Seorang bani adam pujaan hati
Telah sudi berbagi arti
Relakan masa untuk menemani
Disetiap lelah dan gerahnya hari
Menerobos mawar merah ini
Kupersembahkan untukmu nan telah terpatri
Terpatri intern di sanubari
Bersarang abadi internal hati
Untukmu yang terkasih
Setangkai mawar ini akan jadi saksi
Momen cinta permulaan kali bersemi
Antara kau dan aku kan abadi
Terima hadiah atas kesudian
Terima kasih atas keikhlasan
Kepadamu kupersembahkan
Apa yang ada di roh
Jadilah wanita terhebat
Bagai mawar nan indah diluar
Namun kukuh mengerudungi diri
Dibalik duri-duri yang drastis
Tembang Anak uang Anggrek Luhur
Hai Bunga Anggrek!
Biar keberadaanmu langka
Keindahanmu semakin terasa
Takkan kubiarkan menjadi bablas
Meski bukan kau yang terindah
Namun kesanmu sejenis itu mewah
Menyinar terang di hari yang kilat
Biru kudus dan lagi ahmar

steemitimages.com
Tetaplah kau berada di sana
Diantara banyaknya bunga-anakan
Berpucukkan mahkota di ujung kepala
Menjadi primadona dalam dada
Hai rente anggrekku
Jangan punah dirimu
Kepergianmu morong jadi sembilu
Oleh jadinya
Aku karuan merawatmu
Puisi Bunga Bosor makan
Kuhadapi ini setiap malam
Gelap sunyi hening menerkam
Berteriak kuat namun terdiam
Sirep menghardik di tengah suram
Hati patah kian lama memendam
Atas cinta yang bukan padam
Berjalan di tepian tebing curam
Dengan sakit yang terus menghujam
Saja lilin lebah itu, semua berubah
Allah menjawab asaku yang hampir sirna
Hanya berbekal sejuta cinta
Akhirnya kau takhluk di depan ain
Semua berawal berpokok sini
Pecah lilin lebah itu, hatiku terisi
Yang sekian lama menguncup sepi
Kini kesannya bersemi pula
Terima kasih, Tuhan
Atas takdir dan segala jawaban
Peroleh belas kasih, kasih
Kaulah yang terkasih
Setangkai bunga ini teko bersaksi
Atas bersatunya dua insani
Kubuka kepingan bau kencur dalam impi
Merajut cinta yang kekal abadi
Setangkai anakan ini menjadi lambang
Bahwa akulah sang juara
Dengan sabar dan sadar ku bertekun
Hasil membayar letihnya berjuang
Cak dapat kasih, Selalu…
Bunga Kamboja
Ku selipkan sekuntum bunga, ku dapatkan saat kita ziarah, sebuah pesan untuk cinta kita, agar bukan mati di telan usia
Melati Putih
Hatimu seputih melati, tanpa ada rasa sirik dan sirik, kendati juga mengering maka itu selit belit matahari, wangimu gegares semerbak sepanjang perian
Bunga Eldewis
Kuncup masif di dataran tinggi, di persembahkan tuk pecinta tahir, walau lejar ketika menapaki, mendapatkannya bukti intensitas hati
Bunga Desa
Nasib si Bunga Desa, tak selamanya mulia, sombongkan diri kemolekan raga, palah membeda-bedakan dengan keangkuhanya, setakat waktu menjadikanya perawan tua
Bunga Ros
Harum pesona mu semerbak sepanjang hari, banyak sigenting datang bersambutan, aku pun mengarifi pada batangmu yang berduri, sahaja aku yang bisa melewati
Sajak Bunga Matahari
Warnamu kuning
Ukuranmu besar
Tak seperti rente plong umumnya
Baik keindahan maupun susuk
Banyak nan mencarimu
Haus akan keanggunan rupamu
Bila dipandang takkan jemu
Waktu sejenis itu cepat berlalu
Oh, Bunga Matahari
Ketika kau mekar, menantang mentari
Kau simbol bunga ikhlas
Elok rupawan dan kekal di hati
Mahkotamu pancarkan ketinggian
Menjadi sinuhun di pekarangan
Bunga nan dipenuhi keelokan
Tak diragukan hingga terbantahkan
Setiap pagi kusirami
Kau bermekaran dengan sempurna
Dan kembali kusirami
Sesaat momen sore telah start
Kau bertiup kemana kilangangin kincir
Mengarah imuti jalannya surya
Tetap tegap meski lilin lebah dingin
Kuat perkasa kala hari amat membara
Terima hadiah, bunga matahari
Keindahanmu tawarkan sejuk
Kemekaranmu membagi manfaat
Yang cangap membuatku takjub
Bunga Mekar dan Tentangmu
Pada selembar jeluang usang, ku catat kata-prolog ini untukmu
“Istriku, camar itu tidak perlu di umbar lalu kata, tapi ia hanya zakar di sirami dengan saling menjaga,” sengaja tak ku beri hiasan sebagai mahkotanya, karena tentangmu yakni nan terindah
Sreg kilangangin kincir yang bekejaran di ngarai dan argo barisan, pada semburat cahaya pagi nan ringan menyapa dedaunan, ku alai-belai ulang pesan ini andai pegangan. “Sayangku, atma hanya sebentar kemudian ki beralih, tapi hadirmu adalah selamanya dan abadi”
Pada senja wadah segala hormat nan terindah di wakilinya, pada apa awan mega yang mengiringi langkah ke mana arah, ku tuangkan sebentuk puisi perban hati, ku goreskan alas kata lever nan tak mungkin di ingkari. “Pegang janjiku, lelaki kalis menurunkan cinta lebih tinggi dari selembar semangat yang mesti di jaga,” ini sesuatu yang pasti
Ku catat mengenai rente mekar dan tentangmu, morong menjadi penjaga jiwamu di rekata rindu. Huruf tak berfaedah minus rangkaian pengenalan, perkenalan awal tak bermanfaat bila terpisah berusul akar nasib. “Pegang erat janjiku, bagiku janji adalah kesucian terala selama rawi masih sudi menyinari”
Elok Rente Jingga Merona
Setangkai rente berwarna jingga elok rupa
Ku petik berpokok yojana tak kenamaan di desa
Tampilmu elegan menggoyah paduka tuan berkuda
Kelopak menjebloskan tersirat pada sukma
Engkau hidup menjatah warna-warni dunia positif
Tidak tau mengapa gemuruh rasa di usia menggelora
Saatku pandangi dengan mencolok dan kian dekat sekali lagi
Ah… Tak tau kok tanpa sadar senyum ini terus merona
Anak uang Jingga
Cantikmu memesona hingga mengimbangi intan permata
Jemari ini lain cak hendak pisah melepas tangkaimu yang kokoh
Sayupan gegana itu seakan mengantar ke alam nonblok
Waktu ini makin terpancar cerah warna anak uang itu
Seakan madya menjadi saksi tunawicara kisah karpet
Sedap dipandang itu yang sangat ku rasa
Tercium harum semerbak tak terkaji-agak
Elok parasmu buru-buru bangunkan jiwa
Saat anak manusia sedang memadu comar
Wujud Bunga Seketul Kisahan
Oh Bunga
Aneka jenis tertumbuk pandangan kau di kota sana
Tak jemu-jemu makhluk berlalu alang-alang memandangmu
Rumput-rumput kecil tumbuh disekitarmu
Suasana dempang erat terjadi di alammu
Oh Anakan
Dia remang merunduk dan tersipu malu
Terpaut hati manusia yang tangga sombongnya
Ia sederhana dengan tampil wujudmu
Nan dapat mengalahkan kemerlap dunia
Tidak terkalah makanya cantik putri cinderella
Oh Bunga
Hadirmu sangat mengesan kisah disepenggal benak
Wujud bayangmu kasatmata tertumbuk pandangan tepat di retina netra
Tanpa beranggapan sebuah narasi sendi
Engkau pancarkan dengan semarak paradigma
Oh Rente
Hidupmu bukan main berharga untuk di sayang
Mempersenangkan hati pesona sampai terbuang benguk lara
Mesem saat rembulan nampak terang di lilin lebah gelap pekat
Teruslah tumbuh wahai bunga setakat ia terbelanga
Rente Mengingat Masa lampau
Luas lentera alat penglihatan memandang di halaman
Hanya nampak setangkai anakan nan rupawan
Mengganjur memori kelabu masa lepas nan kelam
Tangkai bunga bergerak menggoyah sebuah kesalahan besar
Bunga Hancur hancur mutakadim damba yang ingin dicapai itu
Hilang ditelan bersama rawi terbenam
Kesalahan nan dilakukan manusia menuju jalan neraka
Padahal air-air itu ingin teriak harus bermuara dimana
Kini intern penyesalan merenggut harapan demi harapan
Langkah terhenti tersasar tak bertepi
Napas bersisa tersengap di dada
Hingga mata kilangangin kincir tak tau lagi arahnya
Hanyut terbuai di samudra segara hindia
Bunga
Hanya engkau yang mengerti cerita duka
Aku tak tau harus bagaimana pula
Aku tak tau lagi mandu memperbaikinya
Yang aku inginkan tak tidak hanyalah
Umur seperti bunga di taman surga
Pekaranganku
Betapa indah Pekaranganku
Terdapat banyak anak uang yang tumbuh
Setiap pagi kusiram cangap
Begitu senang rasanya hatiku
Banyak diversifikasi bunga yang ada disana
Ros, melati, anggrek dan kamboja
Kupagari dan rajin kujaga
Sebagai alamat pemanja mata

siberklik.com
Tak nikah lupa cak bagi kurawat
Kendati tumbuh besar dan abadi
Oh Tuhan, ini sungguhlah lezat
Penyejuk diri disaat letih.
Janganlah layu karena panas
Cak agar benalu kadang kala ganas
Gelojoh kujaga sepenuh hati
Untuk pekaranganku yang asri
Kuncup Mawar Ahmar
Mawar
Berma merekah warnamu
Duri-duri tajam penjaga tangkai kerdil
Saat kuncup anak uang menutup indahmu
Alang-alang menyeru lakukan segera membuka kelopak itu
Mawar
Tumbuh mekar tajam engkau di tengah taman
Mahkota jelita dan aleman hiasi tudungmu
Pentil terjuntai bahagia menjadi bagianmu
Batang melambai menyaksikan kisah itu
Mawar
Tercium di hidung enak sekali raksi merah yang terpancar
Cantik megah serta bersemi besar dan mekar
Daun bunga bergerigi tulang beragangan manis sekali
Sejukkan pandang momen tersentuh rumpil matahari
Mawar
Kupu-kupu terbang dan hinggap di tangkai itu
Terpaut sani pesonamu goyang badan-nari di atas kelopak merah
Hadir corak cerah terpancar yang mencolok rasa
Tetaplah hidup berseri di paruh taman daerah tingkat
Di Taman Bunga Kita Bahagia
Tumbuh bermacam-macam macam jenis bunga
Di ujana-yojana tengah kota
Warna-warni kedipkan alat penglihatan
Bagai bola lampu terangi lilin lebah gulita
Anak uang cantik hanyutkan narasi
Mawar bangkang lambang ungkapan cinta
Terlihat rama-rama cemas menghinggapi
Menghisap esensi-konsentrat manis di tepi
Di ujana ini tersimpan banyak memori
Bunga-bunga kabur literal menjadi syahid
Melati polos berwarna bersih dan ceria
Daun melambai bukti tak ingin menghindari
Di sini aku mengerti cinta sejati
Luhur di rasa tak enggan di cari
Bukan ingin pergi mudah di lusa
Di taman bunga kita bahagia sampai mati
Puisi Bunga Sedih
Serpihan tebak tiada memanggil
Setetes harapanpun enggak mencuil
Akulah yang kecil mungil
Berjalan pedih di atas gravel
Bunga di tanganku kini
Silam kita jadikan simbol pelalah tersolder
Namun sekarang, berubah menjadi martir
Atas rasa linu yang kau goresi
Kubiarkan kau pergi jauh
Heninglah bila datang teduh
Biarkan aku tetap bimbang
Berselimut cinta yang kumuh
Anakan ini ketel kusimpan
Bukti aku masih buruk perut
Mudah-mudahan lusa terbitlah pamrih
Sebatas kita kembali mengenang
Syukur
Atas cinta nan silam compeng
Seharusnya bahagia dengan yang baru
Biarkan aku menelan pilu
Karena Indahmu Aku Bersimpuh
Bunga tertumbuk pandangan anggun sekali tampilmu
Engkau hadir hiasi alamtempat menentangkan hidupku
Penyaman halaman rumah yang asri itu
Menyatu dalam pemandangan pepohonan hijau
Raut pesona hibur meriah hatiku
Suntuk luhur sekali ciptaan-Nya
Pelengkap rupawan rupa keindraan marcapada
Anakan yang berwarna engkau harum sekali
Lever bukan nangkring berlega hati pada nan memberi
Bunga mungkin kalau tidak suka-suka engkau
Alam tidak akan tampil indah
Alam tidak akan tampil berwarna layaknya pelangi
Terus bertebarlah tumbuh bangunkan yang mandek
Sampai bersujud dan bersimpuh
Anakan dan Tembok
Andai anak uang
Kami adalah anak uang nan tak
Kau hendaki tumbuh
Ia lebih suka membangun
Apartemen dan merompak persil
Ibarat anak uang
Kami adalah bunga yang enggak
Kau kehendaki adanya
Beliau lebih suka membangun
Jalan raya dan sogang besi
Seumpama anakan
Kami adalah anak uang yang
Dirontokkan di dunia kami sendiri
Jika kami bunga
Sira ialah tembok itu
Tapi di badan tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu detik kami akan tumbuh bersama
Dengan religiositas: engkau harus bertabur!
Dalam keimanan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
Itulah berbagai mode puisi mengenai bunga-rente nan boleh kita jadikan contoh. Tanamilah pekarangan rumahmu dengan bunga moga memberikan kegagahan, kesejukan dan menjadi prinsip konservasi pokok kayu anak uang di Indonesia.
Puisi Tentang Bunga Melati
Source: https://rimbakita.com/puisi-bunga/